Abstract

Researchers want to know that is not happen in the process interpersonal communication as well as improvement interpersonal communication between shelter comitee and foster kids in the Sanggar Merah Merdeka, which ultimately determine the achievement of the shelter's goals. This study uses quantitative descriptive methods that are used to describe and analyze social events and activities, as well as beliefs, attitudes, perceptions, and thoughts individually or in groups to get a picture of the effectiveness of interpersonal communication carried out in daily life between the comitee of the "Sanggar Belajar Merah Merdeka" with his foster kids. Based on research results. messages according to the purpose of the studio, communication channels, communicant, interference, feedback in the shelter activities daily. Nothing to miss about demonstrates openness, empathy, communication supporting attitudes, positive attitudes, and equality also always emerge.

PENDAHULUAN

Manusia seringkali dianggap makhluk monodualis yang sering disebut juga makhluk individu serta makhluk sosial. Dalam menjali peran sebagai sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan dasar untuk berafiliasi atau menjalin hubungan dengan orang lain. Karena selalu berhubungan dengan pribadi di luar diri sendiri dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial[1]Maryati and Suryawati (2003). mengemukakan bahwa interaksi sosial merupakan sebuah hubungan yang timbal balik dan respon antar individu, antar kelompok maupun antar individu dengan kelompok. Pendapat lain ditambahkan oleh [2] Murdiyatmoko and Handayani (2004) bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antar manusia yang akhirnya menghasilkan proses saling mempengaruhi dan pada akhirnya menimbulkan hubungan tetap serta memungkinkan pembentukan struktur sosial.

Dalam struktur sosial ada kemiskinan yang merupakan salah satu permasalahan kesejahteraan sosial yang krusial untuk diselesaikan. Pada tahun 1976-1996, persentase penduduk miskin mengalami penurunan yaitu dari 40,1% menjadi hanya sebesar 11,3%, namun sangat disayangkan pada periode 1996-1998 persentase mengalami kenaikan kembali menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Selanjutnya pada tahun 2002, persentase kemiskinan telah mengalami penurunan kembali, namun secara absolut masih tergolong tinggi, yaitu 43% atau sekitar 15,6 juta[3] BPS (2002). Tingkat kemiskinan yang tinggi semua orang sibuk bekerja untuk memenuhi kehidupannya, tak terkecuali anak kecil. Untuk pemenuhan hidup keluarga, banyak sekali orang tua memaksa anaknya bekerja dengan terjun di jalanan. Dalam Konvensi Hak Anak Pasal 13, anak mempunyai hak atas kebebasan dalam menyatakan pendapat. Hak ini mencakup kebebasan untuk mengusahakan, menerima dan memberi segala macam informasi dan gagasan terlepas dari perbatasan wilayah, baik secara lisan, tertulis, tercetak, dalam bentuk karya seni, walaupun melalui media lain sesuai dengan pilihan anak yang bersangkutan. Kutipan salah satu hak anak yang sering kali tidak diperhatikan oleh orang tua. Tiap orang termasuk anak-anak akan berkomunikasi dengan orang lain sebagai manusia seutuhnya. Dengan situasi tatap muka atau berbicara satu sama lain, terjadi proses komunikasi yaitu kegiatan menyatakan gagasan serta menerima umpan balik dengan cara menafsirkan atau meng- decoding pernyataan tentang gagasan dan pernyataan yang diberikan orang lain. Kegiatan komunikasi ini tidak hanya sekedar menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan saja, namun dibutuhkan adanya umpan balik dari pesan yang disampaikan.

Tujuan dalam proses komunikasi tidak akan tercapai apabila tidak berjalan efektif. Komunikan menginterpretasikan pesan yang diterima sehingga mempunyai makna yang sama dengan apa yang dimaksud oleh komunikator. Sesuai dengan pernyataan tersebut, komunikasi interpersonal yang efektif ini apabila pesan atau isi komunikasi yang disampaikan komunikator dapat diterima benar oleh komunikan, hingga tujuan tercapai. Perlu diketahui bahwa efektivitas dalam komunikasi interpersonal ini dapat diamati dari umpan balik yang didapatkan antara pemberi dan penerima pesan. Umpan balik ini dapat berlangsung dalam 3 hal yaitu pernyataan, sikap dan tindakan[4]Rakhmat (2009) . menambahkan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif dapat menyebabkan dua individu yang terlibat dalam proses komunikasi merasa senang, sehingga dapat mendorong tumbuhnya sikap saling terbuka. Hal sebaliknya dapat terjadi bila komunikasi interpersonal berjalan tidak efektif maka pelaku komunikasi dapat ber sikap tegang.

Proses komunikasi interpersonal terjadi dalam berbagi situasi dan juga dalam keluarga[5] Arni (2005) . Proses komunikasi yang terjadi antar individu yang secara hubungan darah dekat ternyata tidak selalu berjalan mulus. Proses komunikasi yang terjadi dalam hubungan kekeluargaan lebih banyak berupa perintah dan kewajiban. Orang tua menjadi yang seringkali berperan sebagai komunikator dianggap sebagai sosok yang ditakuti, bukan lagi sosok yang dapat memahami keinginan dan perubahan kondisi fisik serta psikis anak. Tak dapat menyalahkan keadaan ekonomi yang kurang, komunikasi interpersonal orang tua dan anak harus tetap berjalan dengan baik. Akan tetapi, tak jarang komunikasi interpersonal yang dilakukan orang tua dan anak yang hidup dalam taraf hidup rendah (miskin) tidak berjalan efektif. Munculnya suasana tegang, penolakan, dan tak jarang sampai terjadi pertengkaran antara orang tua dan anak adalah salah satu bukti bahwa komunikasi interpersonal tidak berjalan efektif. Proses komunikasi yang terjadi di dalam keluarga berpengaruh pula terhadap perkembangan psikologis anak. Demokrasi dalam keluarga dilakukan dengan baik maka anak bebas berpendapat dan berkonsultasi mengenai pendapatnya dengan orang tua, anak dapat menjadi pribadi yang mudah menyesuaikan diri serta memiliki kepercayaan diri yang lebih.

Salah satu sanggar sosial yang ada di Surabaya yaitu Sanggar Merah merdeka merupakan tempat memberikan bimbingan pada anak-anak keluarga kurang mampu dan terlantar yang seringkali dilupakan oleh masyarakat sekitar.[6] Sukmadinata (2003) menyampaikan pendapat mengenai bimbingan yang merup a kan upaya atau tindakan pendidikan yang lebih terfokus pada membantu pengembangan domain afektif, tetapi domain kognitif serta domain psikomotor pun tetap perlu untuk diperhatikan.

Bimbingan yang dimaksudkan untuk membantu anak-anak dalam pengulangan bahan belajar yang meliputi penambahan pengetahuan, pengorganisasian pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat anak-anak sewaktu mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. P embimbingan ini bertujuan untuk membantu anak didik untuk mengembangkan diri dan mengatasi kesulitan yan g dialami[7]Djamarah (2004).

Hal yang lebih menarik adalah komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh pembina sanggar pada anak asuhnya yang berbeda dengan kebanyakan orang dewasa lainnya. Saat ada anak yang melakukan kesalahan, tidak semata-mata dihukum melainkan harus bercerita dulu alasan melakukan dan mengakui kesalahannya di depan semua teman-temannya serta memilih sendiri konsekuensi atas perbuatannya.

Hal inlah yang membuat peneliti ingin mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi interpersonal serta sejauh mana efektivitas komunikasi interpersonal antara pembina sanggar dan anak asuhnya di Sanggar Merah Merdeka, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pencapaian tujuan sanggar. Tujuan dari penelitian ini u ntuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi interpersonal serta sejauh mana efektivitas komunikasi interpersonal antara pembina sanggar dan anak asuhnya di Sanggar Merah Merdeka.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk mendapatkan gambaran mengenai unsur-unsur proses komunikasi interpersonal dan efektivitas komunikasi interpersonal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari antara pembina “Sanggar Merah Merdeka” dengan anak asuhnya. Subjek dalam penelitian ini adalah pembina “Sanggar Merah Merdeka” dan anak-anak asuh yang dibina di sanggar tersebut. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga[8]Singarimbun and Effendi (2008) dan alam penelitian ini adalah seluruh pembina dan anak asuh yang berada di sanggar belajar tersebut. Obyek penelitian adalah unsur-unsur proses komunikasi interpersonal dan efektiv itas komunikasi interpersonal yang terjadi antara pembina dengan anak asuhnya. Teknik pengumpulan data dengan teknik kuesioner, wawancara dan internet searching.Selanjutnya untuk analisa data yang diperoleh digolongkan menurut jawaban masing-masing pertanyaan distribusi frekuensi. Setiap jawaban dipresentasikan untuk memudahkan analisa. Sedangkan untuk kategori yang akan diukur berdasarkan frekuensi dari jumlah jawaban dari masing-masing responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Komunikasi Interpersonal

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
1 Peran pembina 13 7 0 0 0
2 K enal lama 2 5 0 8 5
3 Sering d engar nama pembina 1 5 2 7 5
4 Keahlian 5 9 0 6 0
5 Kepercayaan 11 8 1 0 0
6 Dinamis 10 9 1 0 0
7 Sosiabilitas 16 4 0 0 0
8 Kooreientasi 2 5 1 10 2
9 Kharisma 0 4 2 8 6
Total : 60 56 7 39 18
Prosentase : 33.33% 31.11% 3.89% 21.67% 10.00%
Table 1. Komunikator dalam Proses Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Berdasarkan tabel di atas, hasil prosentase tertinggi sebesar 33,33% menunjukkan sangat setuju, selanjutnya 31,11% menyatakan setuju, 21,67% kurang setuju, 10% tidak setuju, dan terakhir 3,89% cukup setuju. Hal ini menunjukkan bahwa komunikator sangat berperan penting di sanggar. Terlebih lagi ditambah pernyataan kepala divisi Sanggar Merah Merdeka yang menyatakan “ Peran mereka di sanggar itu agar ekspresi anak tersalurkan, maka bagaimanapun mereka harus ada. Mereka yang paling berperan penting di sanggar.”. Hal ini yang memperkuat bahwa peran komunikator di dalam proses komunikasi interpersonal di sanggar sangatlah penting.

Jawaban pernyataan kedua pada m engenai kenal lama dengan k omunikator tertinggi ada pada kolom kurang setuju yaitu 40% dan yang paling sedikit menjawab sangat setuju sebesar 10%. Untuk jawaban pertanyaan ketiga mengenai sering dengar nama Pembina sebelumnya, hasil tertinggi ada di kolom kurang setuju sebesar 35% dan palin sedikit sangat setuju sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa komunikator yang disenangi oleh sebagian besar responden tidak perlu orang yang sudah lama mereka kenal ataupun sering mendengar nama pembina sebelumnya, responden dengan senang hati menerima kehadiran pembina baru di Sanggar Merah Merdeka.

Sedangkan untuk komunikator yang cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, terlatih atau yang termasuk dalam keahlian yang ada pada pernyataan nomor empat, nilai tertingginya sebesar 45% pada kolom setuju, 30% kuran g setuju, dan 25% sangat setuju. Hal ini berarti bahwa kredibilitas komunikan ini memang dibutuhkan oleh responden, tetapi bukan hal yang sangat mutlak harus ada di dalam diri pembina.

Komunikator yang di inginkan anak-anak ada di pernyataan nomor lima sampai tujuh pada mengenai jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, etis, bergairah, bersemangat, aktif, tegas, berani, periang dan sangat bergaul sejauh ini sudah dimiliki oleh pembina yang ada di Sanggar Merah Merdeka.

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
10 Sesuai kebutuhan anak asuh 4 15 1 0 0
11 P embangunan persaudaraan di antara anak dan sesame 13 7 0 0 0
12 Memfasilitasi aktualisasi diri bagi anak 6 12 2 0 0
13 Melatih anak menjadi berani dan kritis 9 11 0 0 0
14 Menumbuhkan harga diri anak miskin 6 12 2 0 0
15 Diterima dengan baik 1 11 4 4 0
Total : 39 68 9 4 0
Prosentase : 32.50% 56.67% 7.50% 3.33% 0.00%
Table 2. Pesan dalam Proses Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa hasil tertinggi mengenai pesan dalam proses komu nikasi interpersonal berada di kolom setuju dengan prosentase sebesar 56,67 %. Setiap anak yang ada di sanggar umumnya masih kecil dan belum menyadari pesan tersirat apa yang disampaikan sejauh ini di sanggar, tetapi mereka juga tau bahwa ada tujuan didirikannya Sanggar Merah Merdeka. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengolahan data primer pada tabel 4.2 pada kolom tidak setuju jawaban yang di dapat 0%. Pada kolom kurang setuju 3,33 %, kolom cukup setuju 7,50%, dan pada kolom sangat setuju sebesar 32,50%.

Seperti kata-kata dari Mas Jolodong (salah satu pembina di Sanggar Merah Merdeka), “ Kabeh pesen seng diajarne yo ngarah nang tujuan sanggar ”, yang artinya semua pesan yang diajarkan ya mengarah kepada tujuan sanggar. Pesan yang disampaikan di sanggar ini melalui proses komunikasi interpersonalnya sudah sesuai dengan kebutuhan anak asuh, sebesar 75% mengenai p esan pada kolom setuju dan hanya 5% cukup setuju.

Pesan yang sangat mengena dan disadari betul oleh sebagian besar responden prosentase sebesar 65% pada kolom sangat setuju dan 35% setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden sangat sadar selalu diajarkan untuk membangun persaudaraan di antara anak dan sesame.

Untuk tujuan sanggar yang kedua sampai ke empat pun juga sudah disadari oleh para responden di kolom setuju dengan prosentase sebesar 60%, tujuan sanggar yang melatih anak menjadi berani dan kritis 55% responden menjawab pada kolom setuju, pesan menumbuhkan harga diri anak miskin sesuai pernyataan nomor empat belas 60% pada kolom setuju juga berarti pesan yang memfasilitasi aktualisasi diri bagi anak sudah disadari dan disetujui oleh sebagian besar responden.

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
16 S aluran suara 20 0 0 0 0
17 Saluran visual 7 9 2 2 0
18 Saluran olfaktori (bau-bauan) 0 1 5 5 9
19 Saluran taktil (sentuhan) 4 0 9 6 1
Total : 31 10 16 13 10
Prosentase : 38.75% 12.50% 20.00% 16.25% 12.50%
Table 3. Saluran dalam Proses Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Pada tabel 3 ternyata hasil tertinggi mengenai saluran yang digunakan dalam proses komunikasi interpersonal di Sanggar Merah Merdeka berada di kolom sangat setuju dengan prosentase 38,75%. Untuk kolom setuju dan tidak setuju didapatkan hasil yang sama yaitu sebesar 12,50%. Kolom cukup setuju hasilnya 20% dan kolom kurang setuju hasilnya 16,25%. Hal ini menunjukkan bahwa saluran penyampaian pesan sangat diperhatikan dan penting bagi responden.

Hasil yang sangat sempurna didapatkan pada pe rnyataan nomor enam belas dengan 100% pada kolom sangat setuju untuk penggunaan saluran suara sebagai saluran yang paling sering digunakan untuk menyampaikan pesan yang ada di sanggar.

Untuk saluran visual 35% sangat setuju yang berarti sering juga digunakannya saluran visual seperti lambaian tangan untuk memanggil responden dan sebagainya untuk menyampaikan pesan yang ada.

Saluran olfaktori atau bau-bauan merupakan saluran yang sangat jarang digunakan di sanggar berdasarkan hasil terbesar 45% pada kolom tidak setuju. Dan saluran terakhir, saluran taktil atau sentuhan, kadang digunakan oleh pembina meskipun tidak sering dengan hasil 45% pada kolom cukup setuju.

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
20 Kecakapan 4 7 4 1 4
21 Tidak menaruh curiga 14 4 1 1 0
22 Tidak apriori 5 10 1 4 0
23 Cepat menangkap 2 0 15 3 0
24 Sistem sosial 4 8 8 0 0
25 Saluran komunikasi 0 1 11 6 2
Total : 29 30 40 15 6
Prosentase : 24.17% 25.00% 33.33% 12.50% 5.00%
Table 4. Komunikan dalam Proses Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Tabel 4 mengenai komunikan yang ada di sanggar dalam proses komunikasi interpersonal memiliki hasil tertinggi sebesar 33,33 % pada kolom cukup setuju. Untuk hasil pada kolom sangat setuju nilainya 24,17%, setuju sebesar 25%, kurang setuju 12,50%, dan terakhir tidak setuju sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa komunikan yang ada belum memiliki seluruh sifat yang dibutuhkan sebagai komunikan yang baik. Responden yang masih anak-anak ini sebagian besar masih belajar menjadi komunikan yang baik.

Mulai dari pernyataan pada nomor dua puluh, hasil tertinggi kolom setuju sebesar 35% yang menunjukkan kecakapan responden di sanggar ini sudah ada dan memang dibutuhkan. P ada pernyataan nomor dua puluh empat memiliki jawaban setuju dan cukup setuju memiliki hasil tertnggi yang sama yaitu 40% karena responden beberapa sudah memahami kedudukan pembina dan beberapa masih agak bingung. Hal ini karena pembina selalu berperan sebagai teman mereka, jadi beberapa anak menganggap pembina sebagai teman mereka sendiri. Hal ini di dukung hasil wawancara dengan Romo Wawan yang menyatakan, “ Lalu sampai di sanggar mereka bisa bebas bercerita dengan teman dan kakak-kakak mereka. Kakak-kakaknya selalu memperhatikan adik-adiknya yang sedang bercerita ” yang berarti utuk beberapa anak mereka tidak lagi menganggap pembina adalah orang lain, melainkan seperti kakak mereka sendiri.

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
26 Gangguan fisik 12 3 2 0 3
27 Gangguan psikologis 0 0 3 3 14
28 Gangguan semantik 0 3 1 9 7
Total : 12 6 6 12 24
Prosentase : 20.00% 10.00% 10.00% 20.00% 40.00%
Table 5. Gangguan dalam Proses Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Berdasarkan tabel 5 diatas, gangguan yang ada di sanggar yang tertinggi sebesar 40% dan berada di kolom tidak setuju. Hal ini menyatakan bahwa ada gangguan dalam proses komunikasi interpersonal antara pembina dan responden di sanggar tapi hal tersebut tidak menjadi masalah yang besar.

Gangguan yang paling mencolok menurut resp onden adalah gangguan fisik. Sebesar 60% sangat setuju, 15% menjawab setuju dan tidak setuju, 10% menjawab cukup setuju banyaknya gangguan fisik seperti suara gaduh yang ada di sanggar. Hal ini seringkali dijadikan alasan responden bila terjadi miskomunikasi.

Hal yang perlu diperhatikan adalah gangguan psikologis. Responden menyatakan bahwa 70% tidak setuju karena ada gangguan ini karena mereka merasa selalu siap mendengarkan tanpa mempunyai pikiran negatif tentang pembina, dibandingkan dengan hasil wawancara dengan Romo Wawan yang menyatakan “ Kelihatannya lebih ke psikologis. Misale ngandani arek-arek, niat mereka sendiri untuk mau mendengarkan apa tidak. Pas kita mau ngomong sesuatu tapi me reka lagi ribut karo hal liyane, iku yo angel ” yang artinya gangguan dalam proses komunikasi interpersonal di sanggar lebih ke psikologis anak yang ketika sedang diberitahu sesuatu, mereka memiliki ketertarikan atau tidak dengan topik yang dibicarakan, bila saat ingin menyampaikan sesuatu dan anak-anak masih ribut sendiri atau dengan temannya, maka pesan pun tidak akan tersampaikan dengan baik.

Gangguan terakhir pada mengenai Gangguan adalah gangguan semantik y ang 45% menjawab kurang setuju menunjukkan minimnya gangguan ini karena dalam penyampaian pesan, pembina sudah berusaha menggunakan bahasa yang responden mengerti. Hal ini didukung hasil wawancara dari Mas Jolodong yang menyatakan “ Awak dewe belajar bahasa anak-anak, jadi bahasa sing isa dimengerti anak-anak. Dijelentrehne sek siji-siji, iki, iki, iki jadi ga langsung jret ” yang artinya para pembina belajar bahasa anak-anak, jadi bahasa tersebut dapat benar-benar dimengerti oleh anak-anak dengan dijelaskan satu per satu dengan pelan, tidak bisa langsung pada apa yang ingin disampaikan.

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
29 dari komunikator 5 14 1 0 0
30 dari komunikan 5 14 1 0 0
Total : 10 28 2 0 0
Prosentase : 25.00% 70.00% 5.00% 0.00% 0.00%
Table 6. Feedback dalam Proses Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Prosentase tertinggi pada tabel 6 ada pada kolom setuju sebesar 70%, sangat setuju 25%, dan cukup setuju 5% yang berarti feedback ini sering kali dilakukan dari pembina sebagi komunikator maupun responden sebagai komunikan di Sanggar Merah Merdeka.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
1 Ketersediaan membuka diri 8 9 1 2 0
2 Pengungkapan informasi mengenai diri pribadi 9 9 0 2 0
3 Jujur atas pesan yang disampaikan orang lain 12 5 2 1 0
4 Bebas mengungkapkan perasaan dan pikiran 9 5 0 6 0
5 T anggung jawab 15 5 0 0 0
Total : 53 33 3 11 0
Prosentase : 53.00% 33.00% 3.00% 11.00% 0.00%
Table 7. Keterbukaan dalam Efektivitas Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Tabel 7 mengenai keterbukaan dalam efektivitas komunkasi interpersonal di sanggar ini dianggap sudah terjadi dengan baik. Hal ini dilihat dari hasil pengolahan data primer yang tertinggi berada di kolom sangat setuju sebesar 53% dan kedua tertinggi sebesar 33% pada kolom setuju. Hanya 3% yang menyatakan cukup setuju dan 11% kurang setuju mengenai pernyataan yang menyangkut aspek keterbukaan.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang ada di sanggar sudah mau membuka diri mereka. Sesuai dengan pernyataan dari Mas Heru, “ Memang anak-anak ini sangat terbuka ketika kita sudah bisa mengambil hatinya, keberadaan kita dibutuhkan dan dia membutuhkan kita, memang sudah terbuka sekali karena dia sudah percaya ”, hal ini menunjukkan bahwa bila anak-anak yang ada di sanggar sudah merasa nyaman dengan suasana yang ada, saat pembina ingin bertanya atau menyampaikan sesuatu secara pribadi, maka anak-anak akan terbuka terutama bila pembina sudah mendapatkan kepercayaan dari anak tersebut.

Untuk pernyataan terakhir yaitu berani bertanggung jawab sesuai apa yang sudah dikatakan sudah terjadi dengan baik antara pembina dan responden dengan 75% sangat setuju dan 25% setuju.

Keterbukaan adalah kesediaan untuk mengakui perasaan dan pikiran sebagai milik setiap orang dan harus bertanggungjawab atasnya. Sesuai dengan hasil penelitian, sebagian besar responden yang ada di Sanggar Merah Merdeka sering kali bereaksi secara jujur atau spontan menanggapi kejadian atau pesan yang disampaikan pembina dan berani bertanggung jawab sesuai apa yang sudah dikatakan termasuk pembina.

Menurut DeVito, aspek keterbukaan mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur t erhadap simulus yang datang . kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan, dan kita berhak mengharapkan hal ini. Di sanggar, pembina dan anak-anak diharapka bisa bersikap jujur, spontan dan terbuka, bukan menebak-nebak informasi yang tidak diketahui sebelumnya.[9]Devito (2013)

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
6 Merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tanpa kehilangan identitas diri 5 13 2 0 0
7 Mengerti baik secara emosional maupun intelektual 2 11 3 2 2
Total : 7 24 5 2 2
Prosentase : 17.50% 60.00% 12.50% 5.00% 5.00%
Table 8. Empati dalam Efektivitas Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Empati merupakan sifat yang susah dimengerti artinya oleh responden, tapi dengan tidak sadar sudah dirasakan oleh anak-anak di sanggar. Jawaban tertinggi untuk pernyataan pada tabel 4.8 adalah 60% di kolom setuju. Selanjutnya pada kolom sangat setuju 17,5%, cukup setuju 12,5%, dan kolom kurang setuju serta tidak setuju memiliki hasil yang sama yaitu 5%. Hal ini menunjukkan bahwa empati ini belum semua bisa melakukan, tetapi sebagian besar sudah.

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
8 Tidak mengevaluasi 3 12 3 2 0
9 Bebas dalam mengungkapkan perasaannya 5 5 5 5 0
10 Tidak malu 14 3 1 1 1
11 Tidak menjadi bahan kritikan 6 13 1 0 0
12 Berfikir secara terbuka 1 19 0 0 0
Total : 29 52 10 8 1
Prosentase : 29.00% 52.00% 10.00% 8.00% 1.00%
Table 9. Dukungan dalam Efektivitas Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Dukungan yang dirasakan oleh responden dalam proses komunikasi interpersonal sebesar 52% berada di kolom setuju, selanjutnya 29% pada kolom sangat setuju, 10% pada kolom cukup setuju, 8% pada kolom kurang setuju, dan ada 1% pada kolom tidak setuju. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa pembina sudah memberikan dukungan yang besar dalam tiap kali terjadi komunikasi interpersonal di sanggar. Hal ini dapat diperjelas dari pernyataan Mas Jolodong yaitu “ Arek-arek mesti dikandani lek nang sanggar iku bebas tapi ya tetep ana aturane ben ora ngganggu arek liyane. Lek masalah sinau contone, ana arek seng wes mari sinau trus mlayu-mlayu ngganggu kancane seng durung mari, bisaane ora tak tegur, ben masalahe dimarekne dhisik, lek sampek kaya arepe tukaran baru di ewangi ngomong enake piye ben podo senenge ” yang artinya di sanggar ini juga ada aturannya, salah satunya ada aturan jika sedang belajar dan sudah selesai, anak-anak harus tetap menghormati yang belum selesai.

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
13 Saling menghormati 9 11 0 0 0
14 Kejelasan 3 12 2 3 0
15 Kepuasan 5 9 3 3 0
Total : 17 32 5 6 0
Prosentase : 28.33% 53.33% 8.33% 10.00% 0.00%
Table 10. Perasaan Positif dalam Efektivitas Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Tabel diatas menunjukkan bahwa perasaan positif yang terjadi dalam proses komunikasi di sanggar mulai dari hasil prosentase tertinggi 53,33% sudah setuju, 28,33% sangat setuju, 10% kurang setuju, dan terakhir 8,33% cukup setuju. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan positif yang ada dala proses komunikasi di sanggar sudah dapat dirasakan oleh responden.

Bagi pembina, anak-anak tidak akan langsung puas, karena ereka saat ini masih pada fase yang ingin tahu banyak hal dan mudah bosan pada satu hal. Setiap saat mereka dapat berubah-ubah sesuai keinginan hati mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan “ Bagi saya dia puas atau tidak, dia tidak akan merasa puas. Anak-anak tidak akan merasa puas. Fase mereka itu rasa ingin tahunya besar dan seumuran meraka apa yang kita sampaikan akan dianggap angin lalu, itu hal biasa. Anak-anak ini gampang bosan ” w awancara dengan Mas Heru.

Sikap positif mengacu pada dua aspek dari komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri[9]Devito (2013).

No. Pernyataan Nilai Pernyataan
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(a) (b) (c) (d) (e)
16 Kedudukan yang sama 17 3 0 0 0
17 Saling menghormati antara anak-anak dan pembina sanggar 16 4 0 0 0
Total : 33 7 7 0 0
Prosentase : 82.50% 17.50% 17.50% 0.00% 0.00%
Table 11. Kesamaan dalam Efektivitas Komunikasi Interpersonal di Sanggar Merah Merdeka

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa responden sangat setuju adanya kesamaan dalam poses komunikasi interpersonal di sanggar melalui hasil 72,5 % dan 27,5% yang menjawab setuju. Tidak ada sama sekali yang menjawab cukup sammpai tidak setuju adanya kesamaan dalam proses komunikasi interpersonal antara pembina dan responden di sanggar. “ Di sanggar selalu dibuat forum, supaya tidak ada merasa ada menjadi pembina ataupun anak-anak yang perlu dibina, kita pun duduk sama dan sejajar. Bukan semata-mata dia mendengarkan dan kita berbicara, tidak, tapi menjadi kesepakatan bersama-sama bahwa kita sama, apa yang membedakan kita karena tidak ada yang membedakan ” merupakan pernyataan yang diberikan Mas Heru s elaku koordinator divisi sanggar.

Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai da berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan] Devito (2013).

KESIMPULAN

Kesimpulan tentang unsur dalam proses komunikasi interpersonal antara pembina dan anak asuhnya yang ada di Sanggar Merah Merdeka yang didapatkan adalah :

• Komunikator yang diinginkan oleh responden dan sudah ada di pembina mereka adalah pembina jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, etis, bergairah, bersemangat, aktif, tegas, berani, periang dan sangat bergaul sejauh ini sudah dimiliki oleh pembina yang ada di Sanggar Merah Merdeka

• Pesan yang disampaikan di sanggar sudah sesuai dengan kebutuhan anak asuh dan pesan yang disadari betul oleh sebagian besar responden adalah tujuan sanggar yang pertama yaitu mengenai pembangunan persaudaraan di antara anak dan sesama. Untuk tujuan sanggar seperti lainnya pun terus disampaikan

  1. Saluran komunikasi yang paling sering digunakan adalah saluran suara.
  2. Kecakapan komunikan di sanggar ini memang dibutuhkan tapi bukan hal yang mutlak harus ada. Beberapa responden sudah memahami kedudukan pembina dan beberapa masih agak bingung. Hal ini karena pembina selalu berperan sebagai teman mereka, jadi beberapa anak menganggap pembina sebagai teman mereka sendiri.
  3. Gangguan yang paling mencolok dari responden adalah gangguan fisik yang ditunjukkan dengan suara yang berisik karena teman-teman mereka yang ramai. Hal ini seringkali dijadikan alasan responden bila terjadi miskomunikasi.
  4. Feedback adalah umpan balik sudah dilakukan responden dalam proses komunikasi yang dilakukan di sanggar

Hasil penelitian kedua mengenai efektivitas komunikasi i nterpersonal menunjuk pada hal :

  1. Keterbukaan dari sebagian besar responden yang ada di Sanggar Merah Merdeka sering kali bereaksi secara jujur atau spontan menanggapi kejadian atau pesan yang disampaikan pembina dan berani bertanggung jawab sesuai apa yang sudah dikatakan termasuk pembina.
  2. Empati ini belum semua anak bisa ditunjukkan dengan baik, responden yang masih kecil belum kelihatan, perhatian mereka lebih pada kegiatan be rmain saja, tetapi bila melihat langsung ke j adian yang nampak nyata baru empatinya muncul.
  3. Pembina selalu mendukung serta tidak hanya mengevaluasi dan tidak menjadikan responden sebagai bahan kritikan di Sanggar Merah Merdeka. Sejauh ini responden sudah merasa nyaman dengan teman serta pembina mereka. Aturan yang adapun dibuat agar anak berpikir terbuka dengan mengetahui alasan setiap dibuatnya aturan atau kegiatan yang ada.
  4. Pembina dan teman lain seringkali menunjukkan pada responden bahwa perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk mendapatkan interaksi yang efektif. Responden menyadari bahwa mereka harus saling menghormati dengan teman karena mereka belajar bila mereka melakukan hal baik, teman mereka pun akan baik, sebaliknya saat mereka jahil, temannya pun ikut jahil.
  5. Kesetaraan di sanggar ditunjukkan dengan selalu dibuat forum, supaya tidak ada merasa ada menjadi pembina ataupun anak-anak yang perlu dibina, semua pun duduk sama dan sejajar. Bukan semata-mata anak-anak mendengarkan dan pembina berbicara, tapi menjadi kesepakatan bersama-sama bahwa tidak ada yang membedakan antara pembina dan anak-anak di sanggar. Dalam komunikasi interpersonal pun pembina selalu duduk bersama responden untuk bertukar pikiran.

References

  1. MaryatiSuryawati Erlangga: Jakarta ; 2003.
  2. Murdiyatmoko J, Handayani C, Grafindo Media Pratama: Jakarta; 2004.
  3. BPS Studi Pengembangan Analisa Data Fakir Miskin 2002. 2002.
  4. Rakhmat Jalaluddin, PT Remaja Rosdakarya: Bandung; 2009.
  5. Arni Muhammad, Bumi Aksara: Jakarta; 2005.
  6. Sukmadinata Nana Syaodih, Remaja Rosdakarya: Bandung; 2003.
  7. Djamarah Saiful Bahri, Rineka Cipta: Jakarta; 2004.
  8. Singarimbun Masri, Effendi Sofian, LP3ES,: Jakarta; 2008.
  9. Devito Joseph A, Pearson Education, Inc: United States of America; 2013.